Rabu, 10 September 2014

Chikungunya

Chikungunya adalah virus yang menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Nyamuk ini berperan sebagai perantara atau vektor yaitu organisme yang membawa virus chikungunya di dalam tubuhnya tanpa terjangkiti. Keduanya adalah jenis nyamuk sama yang menyebabkan demam berdarah.

Penyebab dan gejalanya yang serupa menyebabkan penyakit chikungunya sering didiagnosis secara keliru sebagai penyakit demam berdarah.



Chikungunya biasanya terjadi di daerah yang mengalami curah hujan tinggi. Kasus chikungunya telah teridentifikasi di sekitar 40 negara yang sebagian besar berada di Asia dan Asia Tenggara, Afrika Barat dan Timur, serta di sekitar Lautan Hindia.

Pengidap Chikungunya di Indonesia

Di Indonesia sendiri, chikungunya  pertama kali tercatat mewabah pada tahun 1973 di Samarinda, kemudian pada tahun 1982 di Jambi, dan di Yogyakarta pada tahun 1983. Saat itu peristiwa wabah chikungunya dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB.

Setelah kira-kira tidak ada kasus dalam jumlah signifikan selama 20 tahun setelahnya, pada kurun waktu 2001-2002 chikungunya kembali mewabah dengan jumlah kasus yang lebih tinggi. Kasus pada 2001 dilaporkan terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Utara. Peristiwa ini membuat chikungunya diperkirakan dapat diidentifikasi sebagai penyakit re-emerging (yaitu penyakit yang pernah mewabah, lalu menghilang, dan mewabah kembali dalam periode tertentu) dengan jenis virus yang telah bermutasi setelah 20 tahun.

Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2011 dari Departemen Kesehatan, kepadatan populasi di Indonesia menyebabkan banyak tempat yang dapat menjadi sarana nyamuk berkembang biak. Rendahnya kekebalan tubuh masyarakat di sekitarnya membuat penyakit ini terus berkembang terutama di musim penghujan.

Meski demikian, pada 2011 Departemen Kesehatan mencatat jumlah kasus chikungunya sebanyak 2.998 kasus yang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kasus-kasus ini banyak terjadi di beberapa tempat berikut: DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Bali, NTB, Gorontalo dan Sulawesi Barat.

Pada 2010, tercatat adanya 10 kasus wisatawan Australia yang teridentifikasi mengidap chikungunya setelah bepergian ke Bali.

Kesimpulannya, chikungunya bisa tergolong penyakit yang jarang terjadi tetapi patut diwaspadai karena berpotensi merenggut nyawa penderitanya.

Penyebab Utama: Gigitan Nyamuk

Virus chikungunya tidak bisa menyebar langsung dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini disebabkan virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Virus chikungunya termasuk ke dalam kelompok gen alfavirus dari famili Togaviridae yang banyak ditemukan di negara-negara tropis.

Umumnya nyamuk-nyamuk ini menyerang di siang hari. Namun gigitan dapat juga terjadi saat dini hari dan menjelang petang. Anda lebih rentan terserang saat berada di luar rumah, meski nyamuk Aedes aegypti juga dapat menyerang di dalam ruangan.

Demam Sebagai Gejala Utama

Setelah tergigit nyamuk yang membawa virus, gejala akan mulai terasa pada 3 hingga 12 hari setelahnya. Gejala-gejala awalnya menyerupai gejala-gejala flu.

Demam – berawal secara tiba-tiba; salah satu gejala utama chikungunya
Nyeri otot – keparahannya bisa sampai menghalangi penderita untuk bergerak seperti biasanya; gejala ini bisa bertahan selama berminggu-minggu dan merupakan gejala utama chikungunya
Radang sendi, terjadi pada 80% kasus
Menggigil
Sakit kepala tak tertahankan
Ruam atau bintik-bintik merah di sekujur tubuh
Kelelahan
Mual dan muntah
Gejala-gejala di atas bisa mereda setelah 3-5 hari, tetapi nyeri sendi biasanya akan tetap terasa hingga beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.

Dalam beberapa kasus yang sangat terjadi, timbul komplikasi akibat chikungunya seperti gangguan pada saraf, mata, jantung, dan saluran pencernaan. Terutama pada orang lanjut usia, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian.

Tes untuk Mendiagnosis Chikungunya

Sampel darah milik pengidap sebaiknya diambil pada minggu pertama setelah gejala mulai terasa. Sampel ini kemudian diuji dengan tes serologi dan virologi (RT-PCR) di laboratorium. ELISA (enzyme-linked immunosorbent assays) akan mengonfirmasi keberadaan antibodi yang mengindikasikan infeksi chikungunya.

Pada minggu ketiga hingga kelima setelah gejala mulai terasa, antibodi jenis IgM akan berada dalam kadar tertinggi dan akan tetap sama hingga dua bulan. Bila pada pemeriksaan pertama hasilnya negatif, sebaiknya tes diulang untuk mengonfirmasi ada atu tidaknya penyakit ini.

Cara Penanganan Chikungunya

Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya. Obat-obatan pereda rasa sakit dan anti-peradangan hanya bertujuan meredakan gejala. Di antaranya penurun demam dan analgesik untuk meredakan nyeri otot dan rasa sakit yang lain. Pada beberapa penderita yang kekurangan cairan misalnya akibat kehilangan nafsu makan dan malas minum, cairan oralit atau infus bisa diberikan untuk mencegah dehidrasi.

Mencegah Gigitan Nyamuk Penyebab Chikungunya

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terinfeksi chikungunya, melainkan pencegahan yang dilakukan berfokus pada mengurangi habitat tempat nyamuk berkembang biak seperti:

Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: tangki air, tempayan, bak mandi, ember

Penampung air yang bukan untuk keperluan sehari-hari: vas bunga, tempat pembuangan air kulkas atau AC, kaleng-kaleng bekas, tempat minum hewan piaraan
Penampung air alami: lubang pohon, pelepah daun, tempurung kelapa
Perhatikan hal-hal berikut untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk di sekitar tempat tinggal:

Kuras bak mandi dan tempat air secara teratur
Tutup rapat tempat-tempat air setelah digunakan
Tempatkan wadah-wadah yang sedang tidak terpakai dalam posisi tertelungkup
Taburkan bubuk abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk pada tempat-tempat air yang sulit dikuras. Ulangi 2-3 bulan sekali.
Takaran penggunaan bubuk abate: 1 gram bubuk abate atau 1 sendok makan untuk 10 liter air
Singkirkan barang-barang tidak terpakai yang dapat menjadi sarang nyamuk, terutama yang berada di luar rumah dan dapat menampung air hujan
Bersihkan vas bunga, akuarium dan tempat minum hewan piaraan secara teratur setidaknya seminggu sekali
Pastikan septic tanks tetap tertutup rapi dan tidak bocor
Pastikan talang atap rumah Anda tidak menampung genangan air
Pasang kasa anti-nyamuk pada jendela
Hindari menggantung baju di tempat terbuka
Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan untuk menghindarkan gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus:

Gunakan pakaian tertutup atau lotion anti-nyamuk jika sedang berada di area dengan potensi banyak nyamuk seperti di kebun atau pasar tradisional
Sebaiknya kenakan pakaian dengan warna cerah. Nyamuk lebih enggan menempel pada warna ini.
Gunakan penyemprot atau obat anti-nyamuk elektrik di petang hari. Namun hindari obat semprot jika ada bayi atau orang lanjut usia. Dalam jangka panjang, gunakan obat nyamuk berbeda. Nyamuk lama kelamaan akan menjadi kebal terhadap satu jenis obat semprot
Minimalkan bau menyengat seperti parfum atau hairspray. Bau-bauan ini bisa menarik nyamuk untuk hinggap
Tempatkan tanaman lavender yang secara alami membuat nyamuk enggan bertahan dalam ruangan
Pengasapan/ fogging untuk membunuh nyamuk umumnya dilakukan terutama jika chikungunya atau demam berdarah sudah mewabah di suatu daerah. Pastikan pengasapan yang dilakukan di rumah atau tempat kerja Anda sudah dijalankan dengan prosedur yang tepat sesuai dengan daur hidup nyamuk.

Penyebab Bergolaknya Gunung Slamet

Puncak Gunung Slamet menyemburkan material vulkanik saat terjadi letusan terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, Jateng.

Gunung Slamet menunjukkan tanda-tanda keaktifannya. Tekanan gas yang menguat diiringi suara dentuman yang makin lama kian keras, dan intensitas semburan lava pijar terjadi dalam 1 pekan terakhir ini. Bergolaknya Slamet diduga akibat terbukanya kubah lava yang terbentuk pada 2004 lalu.

Ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Syahrazad Dahlan mengakui, dalam dua hari terakhir ini terlihat lontaran material pijar dan sinar api yang semakin tinggi.

"Lontaran material pijar dan sinar api mencapai 500 meter atau lebih tinggi dari waktu-waktu sebelumnya yang rata-rata mencapai 300 meter," kata Syahrazad di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (9/09/2014).

Dia mengatakan, selain lontaran material pijar yang kian tinggi, suara dentuman dan gemuruh juga terdengar lebih kencang.

"Peningkatan aktivitas ini, di antaranya akibat tekanan yang semakin kuat. Kami memperkirakan, kuatnya tekanan gas karena kubah lava sudah mulai terbuka," tutur dia.


Sementara itu, berdasarkan pemantauan Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Pemalang, Jateng, diketahui, embusan asap putih tebal dengan ketinggian 100-400 meter terlihat mulai jam 00.00-6.00 WIB. Lontaran sinar api juga terlihat sebanyak 83 kali dengan ketinggian 50-500 meter dan 46 kali lontaran lava pijar dengan ketinggian 200-400 meter.

Suara dentuman dengan intensitas sedang hingga kuat disertai suara gemuruh juga terdengar sebanyak 45 kali dan 7 kali. Sementara tremor pun masih berlangsung terus-menerus dan gempa hembusan tercatat 26 kali.

Pada pukul 06.00-12.00 WIB saja terlihat asap putih tebal setinggi 50-300 meter, dengan 13 kali suara dentuman, dan 9 kali suara gemuruh. Gempa tremor juga masih terus-menerus terjadi dengan amplitudo 3-40 milimeter (mm), dominan pada 15 mm. Sedangkan gempa embusan tercatat 45 kali dengan amplitudo 5-42 mm.

Dari pengamatan Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Banyumas di lereng Gunung Slamet, tepatnya di Pancuran Tujuh dan Pancuran Tiga, kawasan Baturaden, suhu kawasan itu relatif normal.

"Suhu di mata air panas Pancuran Tujuh mencapai 51,8 derajat Celcius atau hampir sama dengan hari biasa. Sedangkan suhu di Pancuran Tiga yang biasanya 45 derajat Celcius, mengalami peningkatan sedikit menjadi 46,6 derajat Celcius," jelas Kepala Seksi Geologi Dinas ESDM Banyumas Dwi Cahya Ningrat.

"Kalau Gunung Slamet statusnya aktif normal, maka pengukuran suhu hanya dilakukan sekali dalam sebulan. Tetapi karena statusnya siaga, maka pengukuran suhu dua kali dalam sepekan,"